PERKEMBANGAN ISLAM DUNIA


STANDAR KOMPETENSI:
7. Memahami perkembangan Islam di dunia
KOMPETENSI DASAR:
7.1 Menceritakan perkembangan Islam di dunia
7.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi perkembangan Islam di dunia
INDIKATOR:
1.        Menceritakan perkembangan Islam di dunia
2.        Mendeskripsikan substansi dan strategi perkembangan Islam di
3.        dunia
4.        Contoh perkembangan Islam di dunia
5.        mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia


A. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI DUNIA
Satu demi satu kekuasaan Islam jatuh ke tangan bangsa Barat yang giat menyebarkan agama Kristen pada abad XVIII-XIX M. Umat Islam baru merasakan betapa berat penderitaan yang dialami di bawah penjajahan bangsa Barat. Mereka mulai sadar dan instrospeksi diri dalam segala aspek kehidupan, baik di bidang keagamaan, politik, sosial, maupun ekonomi. Sesungguhnya kebangkitan umat Islam sudah diramalkan dan dikhawatirkan oleh para ahli bangsa Barat dengan melihat faktor-faktor yang ada dalam ajaran Islam itu sendiri. Scawen Blunt (1882) misalnya, mengemukakan empat faktor penyebab kebangkitan Islam, yaitu :
1.ibadah haji (pilgrimage) yang dilakukan kaum muslimin tiap tahun;
2.khalifah (The modern question of the caliphate), ajaran khalifah yang menetapkan kedaulatan bagi masing-masing negara dan bagi dunia seluruhnya;
3.adanya kota suci Mekah (The holy Mecca) yang setiap tahun dikunjungi oleh beratus-ratus ribu kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia;
4.reformasi yang menimbulkan kebangkitan Islam.
Keempat faktor tersebut mendorong terciptanya kebangkitan dunia Islam. Jauh sebelum kebangkitan dunia Islam, Bangsa Eropa sudah merasa khawatir karena timbulnya ramalan tersebut. Mereka sudah bersiap-siap menghadapi dunia Islam yang akan bangkit itu. Mereka berusaha menghancurkan kekuatan khalifah Islam yang saat itu berpusat di Turki. Kerajaan Turki direbutnya beramai-ramai dalam perang Baikan tahun 1914 - 1918. Turki dalam masa kemundurannya, tidak mampu menghadapi serangan Eropa. Seluruh daerah kekuasaannya masuk ke wilayah bangsa Eropa, kecuali hanya negeri Turki sendiri yang dapat dipertahankan sebagai sebuah negara.
Lathrop Stoddart, seorang penulis sejarah dari Amerika (1921), lebih meyakinkan lagi kekhawatirannya terhadap dunia Islam. Setelah Perang Dunia I dan kerajaan Turki telah runtuh, kekuatan umat Islam terletak pada adanya jamaah haji pada setiap tahun yang semakin bertambah. Ratusan juta umat Islam dari berbagai negara pada satu saat berkumpul pada satu tempat. Mereka melakukan ibadah haji dengan penuh kedamaian dan kesatuan antara umat Islam dari satu negara dengan negara yang lain.

Amir Syakib Arselan dalam bukunya Limaza Ta'akharal Muslimuna wa Taqaddaman Gairuna berpendapat, kelemahan dan kemunduran umat Islam karena mereka meninggalkan ajaran-ajaran agama, sedangkan umat agama lain maju karena menjauhi ajaran-ajaran agama mereka yang menghambat kemajuan.
Semenjak umat Islam menyadari akan kemundurannya, timbullah ide pembaruan dalam Islam. Tokoh-tokoh pembaruan dunia Islam lahir untuk mengajak umat Islam agar sadar, bangkit, dan bangun dari kenyenyakan tidurnya, serta mengerti bahwa bangsa Barat datang dan menjajah negara Islam bukan untuk membangun, tetapi sebaliknya. Pada kondisi seperti ini, di Arab Saudi muncul seorang tokoh pembaruan Islam bernama Muhammad bin Abdul Wahab. Ia mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran agama yang sebenarnya, memberantas takhayul dan biddah (sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad saw.). Gerakan in] dikenal dengan nama gerakan Wa6aabi.
Tokoh-tokoh pembaruan Islam dalam masa sebelum abad ke-19 M sebagai berikut:
a.Gerakan Wahabi
Gerakan ini dipelopori oleh Muhamamd bin Abdul Wahab. Ia lahir di Nejed, Saudi Arabia, tahun 1704. Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan ajaran-ajaran agama Islam sesuai dengan yang ada dalam AlQur’an dan hadis serta membersihkannya dari paham-paham yang menyesatkan. Gerakan ini menentang apa saja yang dipandang biddah dan takhayul. Semua pola pemikiran dan aliran Muhammad bin Abdul Wahab mendapat dukungan Muhammad bin Su'ud, seorang kepala suku yang berkuasa di Nejed. Ia ikut menyebarkan ajaran Wahabi dan membangkitkan kaum muslimin dari satu daerah ke daerah lain. Lambat laun, ajaran Wahabi tersebar luas ke seluruh pelosok dunia hingga sampai ke Indonesia yang dibawa oleh ulama-ulama Padri tahun 1821.
b.Tokoh pembaru dunia Islam dari Turki bernama Sultan Abdul Hamid I (1725-1789), yang memelopori gerakan khilafah yang bertujuau membina persatuan seluruh dunia Islam dan berada dalam satu khilafah dalam menghadapi perkembangan bangsa Barat.
c.Tokoh lainnya adalah Syekh Waliyullah (1703-1762). Awalnya ia adalah seorang pendidik dan pengarang. la melihat kelemahan umat Islam disebabkan oleh:
1)perubahan sistem pemerintah Islam dari kekhalifahan ke sistem kerajaan,
2)perubahan dari sistem demokrasi ke sistem otokrasi absolut,
3)perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh timbulnya aliran-aliran, dan
4)masuknya adat-istiadat dan ajaran bukan Islam ke dalam keyakinan umat Islam.
Terdorong beberapa sebab tersebut, Syekh Waliyullah menyerukan kembali ke sistem pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Khulafaur Rasyidin, dengan mengutamakan demokrasi dan kepentingan rakyat dalam pemerintahan.
Pada abad ke-19 M, semakin bertambah jelas kebangkitan umat Islam di seluruh pelosok dunia Islam. Gerakan-gerakan pembaruan Islam pada abad ke-19 M ini adalah sebagai kelanjutan dari abad sebelumnya.
Di antara pembaru atau mujadid di abad ke-19 M adalah sebagai berikut:
a.Al-Tahtawi (1891-1873)
Nama lengkapnya adalah Rifa'ah Badawi Rafi al-Tahtawi. Ia mendalami ilmu-ilmu Barat dari sarjana Prancis dan dari pergaulannya dengan ulama Al-Azhar. Sebagai ulama besar, ia telah menyalin buku-buku Prancis, seperti buku Montesque, Voltaire, dan Rousseu ke dalam bahasa Arab. la mendirikan sekolah penerjemah yang meliputi bahasa Arab, Prancis, Turki, Persia, dan Italia. Buku-buku karangan Al-Tahtawi yang merupakan konsep pemikirannya adalah sebagai berikut.

1)Takhlis Ibriz ala Takhlis Paris (Intisari dari Penjelasan tentang Paris). Buku ini menerangkan kemajuan-kemajuan Eropa, terutama Paris.
2)Manahij Babil Misriyah fi Manahij Adabil Asriyah (Jalan bagi Orang Mesir Menuju Sastra Modern). Buku ini menerangkan pentingnya kemajuan ekonomi bagi suatu negara. Di dalamnya diterangkan perbandingan pemerintahan Islam dengan Eropa.
3)Al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin (Petunjuk Pendidikan Putra dan Putri). Dalam buku ini, Al-Tahtawi menerangkan panjang lebar tentang pendidikan kepada anak laki-laki dan perempuan. Anak harus diberi pendidikan dasar dan tidak membeda-bedakan antara lakilaki dan perempuan. Anak perempuan harus ikut serta dalam pembangunan sesuai dengan martabat dan harkatnya. Umat Islam harus mempunyai kepribadian dan jiwa cinta tanah air (hubbulwatan). Di sini Al-Tahtawi menganjurkan rela berkorban untuk membela tanah air.
4)
AI-Qaulus Syadid fi al-Ijtihad wa al-Taqlid (Pendapat Benar tentang Ijtihad dalam Taklid). Bagi Al-Tahtawi, dalam keterangannya pada buku ini, ijtihad masih terbuka bagi setiap umat Islam, dan ia menganjurkan para ulama memperdalam ilmu-ilmu modern agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
b.Jamaluddin al-Afghani (1839-1897)
la seorang tokoh berkebangsaan Afganistan, lahir di Assadabad dan wafat di Istambul, Turki. la memiliki kecerdasan yang luar biasa, pribadinya sangat menarik dan penuh semangat. la banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke beberapa negara. Mula-mula ia ke India, kemudian ke Mesir memberi kuliah, ceramah, dan diskusi kepada kaum intelek di Al-Azhar. Di antara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaghlul, pimpinan kemerdekaan Mesir (Wafd) yang mendorong tercapainya kemajuan. Jamaluddin melanjutkan pengembaraannya ke Paris setelah 8 tahun di Mesir. Di Paris, ia mendirikan suatu organisasi bernama Al-Urwatul Wusqa, yang anggotanya adalah orang-orang Islam militan dari India, Mesir, Syiria, dan Afrika Utara. Organisasi ini bertujuan memperkuat rasa ukhuwah islamiah dan mendorong umat Islam mencapai kemajuan. Perkumpulan Al-Urwatul Wusqa menerbitkan majalah Al-Urwatul Wusqa yang berhaluan keras terhadap pemerintah penjajah Barat. Akhirnya, majalah tersebut dibredel dan tidak boleh beredar di negara Paris.
Pada tahun 1892 Jamaluddin al-Afghani pindah ke Istambul atas undangan Sultan Abdul Hamid untuk ikut mendirikan pelaksanaan politik Islam dan menghadapi bangsa Eropa. Saat itu, kerajaan Turki Usmani dalam keadaan terdesak oleh bangsa Eropa, dan Sultan Abdul Hamid sangat membutuhkan buah pikiran dan pendapat Jamaluddin al-Afghani. Keinginan Sultan Abdul Hamid ini gagal karena beliau seorang pemimpin yang diktator, sedangkan Jamaluddin al-Afghani adalah orang yang mengutamakan demokrasi (musyawarah). Karena perselisihan pendapat dalam politik pemerintahan, Jamaluddin al-Afghani ditahan Sultan Abdul Hamid hingga wafat. Selama hayatnya, Jamaluddin lcbih banyak mengutamakan pembaruan di bidang sosial agama. Meskipun demikian, perjuangan Jamaluddin dititikberatkan pada perjuangan pembaruan Islam. Karena pembaruan politik kenegaraan Jamaluddin didasarkan atas pembaruan Islam.
Jamaluddin al-Afghani membentuk gerakan Pan-Islamisme yang berpusat di Kabul, Afghanistan. Pergerakan ini menghendaki kemajuan umat Islam dengan jalan mempergunakan aliran pikiran modern dan menghendaki persatuan umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam pusat, seperti pada zaman khalifah dahulu. Gerakan Pan-Islamisme sangat revolusionir dan anti penjajah. Pemerintahan yang absolut dan penjajahan bangsa asing harus dapat dilenyapkan dari bumi. Kemajuan umat Islam tidak akan berhasil bila semua hal tersebut masih hidup subur. Karena itu, Jamaluddin al-Afghani dalam Pan-

Islamisme membangkitkan rasa ukhuwah islamiah seluruh dunia. Pemikiran dan ide Jamaluddin banyak memengaruhi murid-muridnya yang juga sebagai penerus dan penyebar Pan-Islamisme.
c.Muhammad Abduh (1849-1905)
la putra Mesir dari kalangan petani miskin. Ketika masih menyelesaikan belajarnya di Universitas Al-Azhar Mesir, ia bertemu dengan tokoh dan penggerak Pan-Islamisme, Jamaluddin al-Afghani yang kebetulan menetap di Mesir selama 8 tahun. Sebagai tokoh gerakan Pan-lslamisme dan murid Jamaluddin, mereka menduduki jabatan-jabatan penting. la diusir dari Mesir bersama Jamaluddin karena terlibat dalam revolusi Urabi Pasya. Dari Mesir, mereka menuju Paris. Di sana mereka mendirikan organisasi dan menerbitkan majalah Al-Urwatul Wusqa. Setelah beberapa tahun menetap di Paris, ia diperbolehkan pulang ke Mesir dan kemudian diangkat menjadi rektor Universitas Al-Azhar. Sebagai pimpinan Universitas AlAzhar, ia mengadakan perombakan dan perbaikan-perbaikan, yaitu memasukkan mata kuliah Filsafat Islam yang masih dianggap tabu dan mengubah metode pengajarannya.
Muhammad Abduh sangat tidak cocok dengan paham jumud yang berarti statis (beku) yang menghambat kemajuan. Umat Islam selamanya tidak akan maju bila masih berpegang teguh pada paham jumud. Menurut pengamatan Muhammad Abduh, paham jumud dibawa oleh orang-orang luar Arab untuk dapat menduduki puncak politik di dunia Islam. Adat istiadat dan paham animisme dan dinamisme mereka bawa ke dunia Islam dan memengaruhi kaum muslimin yang menjadi rakyatnya. Muhammad Abduh sangat gigih memberantas segala yang dianggap biddah. la mendengungkan semboyan "kembali kepada AlQur’an dan hadis" dan mengembangkan paham dan haluannya ke seluruh dunia Islam. Menurutnya, umat Islam harus kembali ke paham salaf yang murni, sebagaimana pada zaman sahabat dan ulama-ulama besar. la mempunyai konsep perjuangan bahwa hanya dengan mencerdaskan serta meningkatkan pengetahuan, rakyat Mesir dapat mencapai kemerdekaan yang sebenarnya. la menerbitkan majalah AlManar di Mesir dan menjabat sebagai mufti besar hingga akhir hayatnya.
d.Muhammad Rasyid Ridha (I865-1935)
Tokoh ini lahir di Al-Qalamun, Lebanon. la belajar kepada seorang guru, yaitu Syekh Husein Al-Jasr, mufti besar Tripoli. Kemudian tahun 1898 ia pindah ke Mesir, berguru kepada Muhammad Abduh. Di Mesir, bersama Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-Manar yang bertujuan sama dengan Al-Urwatul Wusqa di Paris. Di dalam majalah tersebut, Muhammad Abduh dan Muhamad Rasyid Ridha menuangkan sistem pembaruan atau tajdid di bidang agama, sosial, ekonomi, dan memberantas biddah serta meningkatkan mutu pendidikan dan membela kaum muslimin terhadap permainan politik negara-negara Barat.
Di bidang pendidikan, ia mendirikan sekolah dengan nama Madrasah ad-Dakwah wa al-Irsyad di Kairo, pada tahun 1912 M. Para alumni madrasah ini disebarkan ke berbagai dunia Islam. Muhammad Rasyid Ridha sebagai penggerak pembaruan Islam masih condong pada ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah. la sebagai penyokong aliran Wahabi karena aliran tersebut bertujuan mengembalikan ajaran Islam kepada AlQur’an dan hadis. Akan tetapi, ia tidak memberikan takwil atau tafsir terhadap ayat-ayat antropomorphisme (ayat-ayat tajsim) dan lebih suka mengartikan apa adanya. Menurutnya, Allah mempunyai wajah, tangan, mata, dan dapat duduk seperti manusia. Buah karangannya yang terkenal adalah Risalah at-Tauhid yang berisi tentang pemurnian tauhid.

e.Sultan Mahmud II dari Turki (1785-1839)
la lebih menitikberatkan pada pembinaan di bidang militer. Melihat kerajaan dalam kelemahan, ia membentuk korps baru yang dilatih oleh pelatih dari Eropa. la lebih bersikap demokratis dan menghapus adat istiadat yang mengganggu serta mengurangi hak-hak kaum bangsawan. Sebagai kelanjutan pembaruan Sultan Muhammad II, muncul usaha untuk mengatur, menyusun, dan memperbaiki peraturan dan perundang-undangan sesuai dengan tuntutan pembaruan. Usaha ini dipelopori oleh Mustafa Rasyid Pasya, kelahiran Istambul pada tahun 1800.
Menurut pendapatnya, kemajuan Eropa disebabkan karena tidak terlalu terikat dengan adat istiadat agama. Tokoh lainnya ialah Mehmed Sadik Ri'at (1807-1856). la diangkat menjadi pembantu Menteri Luar Negeri tahun 1834, menjadi Duta Besar di Wina, Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, dan akhirnya menjadi dewan Tanzimat, yaitu dewan yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki peraturan dan perundangundangan yang sesuai dengan tuntutan pembaruan.
Pokok-pokok pikiran Sultan Mahmud II adalah bahwa kemajuan dapat diwujudkan apabila dalam suasana damai dan senantiasa menjalin hubungan baik dengan Eropa. Kemakmuran negara tidak akan dapat tercapai selama bentuk pemerintahan masih bersifat absolut. Pemerintahan yang sewenangwenang menyebabkan rakyat tidak merasa tenteram, produktivitas menurun, dan korupsi merajalela yang dapat menjatuhkan negara. Semua itu, menjadi penyebab kemunduran kerajaan Usmani. Maka, sebagai Plan keluarnya, dibuatlah undang-undang dan berbagai peraturan untuk menjamin pembaruan di segala bidang, seperti Dewan Hukum (Majelis Ahkamiladil) dan ditetapkan hukum pidana sipil. Di bidang pemerintahan dibentuk semacam DPR atau badan legislatif dan di bidang keuangan didirikan Bank Usmani.
Dibentuk pula Departemen Pendidikan dengan sistem Eropa, dikeluarkannya piagam baru yang memberi peluang lebih luas bagi bangsa Eropa, kebebasan beragama, dan kesamaan hak antara bangsa Eropa dan pribumi dalam segala hal. Konsep ini ditentukan oleh pemikir lainnya, seperti Nanik Kamal (1840-1880), murid Ibrahim Sanusi (1826-1871), dan Ziya Pasya (1825-1880).
Nanik Kamal dan Ziya Pasya tidak menerima semua ide Barat, tetapi disesuaikan dan dikembalikan dengan ajaran-ajaran Islam. Pola pemikirannya harus me.ngindahkan dan mengutamakan ajaran-ajaran Islam daripada ajaran bangsa Barat.
f.Sayyid Ahnzad Khan (1817-1898)
la lahir di Delhi tahun 1817 sebagai putra seorang bangsawan. Sayyid Ahmad Khan adalah pelopor gerakan modernisme dalam Islam, yaitu sebagai kelanjutan gerakan mujahidin yang didirikan oleh Syekh Waliyullah ad-Dahlawi. Bangsa Inggris memberi gelar "Sir" karena jasanya menyelamatkan orang-orang Inggris ketika terjadi pemberontakan pada tahun 1857.
Pola pemikirannya adalah umat Islam India harus bekerja sama dengan Inggris yang saat itu masih memegang kekuasaan penuh di India. Umat Islam India menentang pemerintah Inggris yang akan membuat kehancuran dan kemunduran dan akhirnya akan membuat umat Islam ketinggalan dari masyarakat Hindu. Umat Islam harus mampu mengatasi kelemahan-kelemahannya dengan mempelajari ilmu-ilmu teknologi dari Barat termasuk Inggris.
Siasat Sayyid Ahmad Khan terhadap Inggris adalah berusaha menghilangkan kecurigaan Inggris terhadap umat Islam India. la menganjurkan kepada Inggris agar tidak ikut mencampuri urusan agama rakyat India dan agar membendung misi Kristenisasi.
Sayyid Ahmad Khan mendirikan sekolah Muhamntaden Anglo Oriental College (MAOC) pada tahun 1878. Berdirinya sekolah tersebut membangkitkan umat Islam India dan Pakistan sampai sekarang. la mendirikan juga Muhammaden Education Conference
pada tahun 1886. Sikapnya yang radikal membuat kawan-kawannya atau tokoh-tokoh pembaru lainnya banyak yang menentang. Salah satunya adalah Jamaluddin al-Afghani yang menentang dalam bukunya Ar-Radd ala ad-Dahriyyin (Jawaban bagi kaum Materialis). Sekolah MAOC yang bcrbaur dengan Inggris mendapat tantangan dari sana sini. Lawan-lawannya telah menganggap kafir. Tetapi, semua itu tidak dihiraukan oleh Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Ahmad Khan beserta kawan-kawannya mendirikan sebuah Universitas Islam Aligarh, sebagai pusat gerakan pembaruan Islam India. Aligarh menjadi penggerak utama terwujudnya pembaruan di kalangan umat Islam India, yang menyebabkan umat Islam India bangkit menuju kemajuan.
g.Muhammad Iqbal (1896-I936)
la seorang tokoh pembaru Islam kelahiran Punjab yang memperoleh gelar MA di Lahore. la melanjutkan studinya ke Universitas Cambridge Inggris, tahun 1905 dan mendalami filsafat.
Memperoleh gelar Ph.D (Philosophi Doctor) dalam tasawuf dari Universitas Munich, Jerman, dengan disertasinya The Development of Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Akhirnya, ia kembali ke Lahore tahun 1908 sebagai pengacara dan dosen filsafat.
Hasil-hasil ceramahnya di berbagai universitas di India dibukukan dengan judul The Reconstruction of Religius Though in Islam (Membangun kembali Pikiran-Pikiran Agama dalam Islam).
Pada tahun 1938, ia menjabat presiden liga muslim. Menurut pendapatnya, kemunduran umat Islam disebabkan beku dalam berpikir yang sematamata memcntingkan urusan agama dan tidak menghiraukan urusan dunia.
Di samping sebagai pembaru, ia adalah seorang filosof dan penyair Islam modern yang terbesar.
B.MANFAAT DARI SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI DUNIA
Bacalah sejarah tokoh yang pernah menyumbangkan pemikirannya untuk kemajuan Islam. Teladanilah apa yang pernah dilakukannya itu can belajarlah dengan giat sehingga kamu 2' pun dapat menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan Islam!
Gerakan modernisasi dalam dunia Islam diilhami oleh cita-cita tokohtokoh Islam yang berusaha mengembalikan kemajuan umat Islam. Para pemimpin Islam merasakan dan menyadari akan kelemahan umat Islam setelah kekuatan umat Islam dari berbagai lapangan kehidupan lemah, dan sangat dikuasai oleh kekuatan bangsa Barat. Dari situasi yang pahit inilah muncul ide-ide modernisasi yang secara luas mereka sampaikan kepada scluruh umat Islam, yaitu sebagai berikut.
1.Membangkitkan semangat Islam di masa lampau dalam memurnikan ajaran Islam dari pengaruh takhayul, khurafat, dan biddah. Berusaha mengembalikan Islam kepada sumbernya yang asli, membersihkan tauhid dari pengaruh syirik, membersihkan ibadah dari biddah, dan mengajarkan hidup sederhana sebagai pengganti kemewahan yang melanda kaum muslimin saat itu.
2.Memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memperkuat paham nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk partai al-Hizb al-Watani (Partai Nasional) dan menanamkan paham patriotisme bagi umat Islam.
3.Memperkuat ukhuwah islamiah, dan menekankan pembaruan Islam pada bidang politik, pemerintahan, dan agama, dengan ide pokok Pan-Islamisme bagi umat Islam.

4. Memurnikan ajaran agama Islam sesuai dengan bentuk aslinya, memperbarui metode pengajaran dan menanamkan solidaritas seluruh umat Islam.
Usaha menyebarkan ide-ide tersebut di atas adalah dengan cara lisan, yaitu berdakwah dengan mengunjungi negeri-negeri Islam, mengajarkan pada sekolah dan universitas Islam, menerjemahkan buku-buku asing, menerbitkan surat kabar dan majalah, dan mendirikan berbagai organisasi Islam, baik dalam bidang dakwah, pendidikan, politik, ckonomi, maupun bidang-bidang lainnya.C.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM GERAKAN MODERNISASI
Gerakan modernisasi Islam yang dilakukan oleh para pembaru itu pada dasarnya mengandung beberapa nilai yang penting bagi lahirnya suatu dunia baru Islam dalam mcnghadapi tantangan yang serba kompleks pada masa modern ini. Nilai-nilai itu terdapat pada wujud gerakan yang dikembangkan seperti berikut ini.
1.Nilai persatuan (ittihad)
Gerakan pembaruan Islam mengandung nilai-nilai persatuan, seperti yang dilakukan oleh para pembaru untuk mewujudkan Pan-Islamisme (kesatuan umat Islam seluruh dunia) dan nasionalisme (kesatuan umat Islam dan daerah atau negaranya). Cita-cita ini yang mengandung nilai-nilai persatuan karena ide pembaruan Islam adalah untuk mengatasi perpecahan di antara umat Islam dari berbagai firkah, sukuisme, dan mazhabisme.
2.Nilai solidaritas (ukhuwah islamiah)
Gerakan pembaruan Islam mengandung nilai-nilai solidaritas (ukhuwah islamiah), yaitu persaudaraan Islam, yang merasa senasib sepenanggungan untuk membela sesama umat Islam dalam keadaan suka maupun duka. Islam adalah sebuah persaudaraan dunia bagi seluruh umatnya. Solidaritas ini menginginkan suatu kegotongroyongan sesama hamba Allah dan kesetiakawanan sesama umat Islam.
3.Nilai pembaruan (tajdid)
Gerakan modernisasi Islam, mengandung nilai-nilai pembaruan (tajdid). Pembaruan yang dimaksud adalah pembaruan dalam bidang keagamaan, akhlak, sosial, ekonomi, dan politik, yaitu dengan menciptakan sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan meninggalkan pemerintahan yang otoriter dan mendobrak sistem pemerintahan yang zalim.
4.Nilai perjuangan (jihad fi sabilillah)
Gerakan modernisasi Islam mengandung nilai-nilai perjuangan (jihad fi sabilillah). Karena gerakan ini umat Islam kembali menemukan semangat Islam atau api Islam yang penuh dengan dinamika perjuangan. Umat Islam disadarkan kembali akan perannya dalam mengemban tugas agama Islam yang tidak terpisah antara tugas keduniaan dan tugas keakhiratan, sebagai manusia sekaligus khalifah di muka bumi. Dengan demikian, semangat dan kesungguhan dalam beragama yang disebut dengan jihad, menjadi moto untuk membuktikan kebesaran Islam.
5.Nilai kemerdekaan (hurriyyah)
Gerakan modernisasi Islam mengandung nilai-nilai kemerdekaan (hurriyyah), terutama hurriyyah fikri atau kemerdekaan pikiran. Umat Islam yang sebelumnya diliputi oleh taklid yang membabi buta dan hanya mengikuti pikiran orang-orang tertentu, dipacu untuk berpikir mandiri dan kritis (tidak asal ikut tetapi berpikir dan mengambil tindakan sesuai dengan kemampuan pikiran dan ilmunya). Umat Islam harus mengambil ilmu berdasarkan sumber asli (AlQur’an dan hadis) dan mengambil ilmu pengetahuan modern untuk kemajuan dan kebesaran umat Islam. Kemerdekaan itu juga meliputi kemerdekaan

fisik, yaitu kemerdekaan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan negara-negara Eropa yang menjajah negeri-negeri Islam. Kemerdekaan dari ketergantungan ekonomi, penindasan politik dan kekuasaan, dan bentuk-bentuk kebudayaan Barat yang melanda kebudayaan umat Islam.
Itulah nilai-nilai yang terkandung dalam modernisasi Islam, yang disuarakan dan diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pembaru Islam, seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Iqbal, Al-Tahtawi, Muhammad Ali Pasya, dan sebagainya.
D.PERILAKU YANG MENCERMINKAN PENGHAYATAN TERHADAP MANFAAT DARI SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM DI DUNIA
Nilai-nilai pembaruan (modernisasi Islam) mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat Islam. Maka, tumbuhlah kesadaran bagi umat Islam untuk mengikuti gerakan pembaruan tersebut sehingga menimbulkan kebangkitan dunia Islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan politik, yang sekaligus tumbuh gerakan mencntang penjajahan.
1.Kebangkitan Dunia Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan, dan Politik
Setelah umat Islam mengetahui kemajuan bangsa Barat, ketika itu juga terbuka mata dunia Islam, terutama di Turki dan Mesir, untuk memulai usaha-usaha yang membangkitkan umat Islam. Di Mesir, Muhammad Ali Pasya tampil untuk memajukan ilmu pengetahuan. Usaha ini dilanjutkan oleh Al-Tahtawi. Berkat usaha Al-Tahtawi, dapat diterjemahkan buku-buku Barat tentang berbagai macam pengetahuan modern, dan dikarang pula buku-buku baru serta diterbitkan berbagai surat kabar dan majalah pengetahuan.
Di Mesir, selain didirikan sekolah-sekolah teknik, militer, dan kedokteran, didirikan pula sekolah obat-obatan (apoteker) pada tahun 1829, sekolah pertambangan pada tahun 1834, sekolah pertanian pada tahun 1836, dan sekolah penerjemahan pada tahun 1836.
Penerjemahan buku-buku berjalan dengan lancar setelah ada sekolah penerjemahan, kemudian sekolah ini diserahkan pada Tahwil (ulama AlAzhar). Di sekolah ini terdapat para ahli yang berpengetahuan sesuai dengan bidangnya masing-masing sehingga bagian dari penerjemah di sekolah ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian ilmu pasti, ilmu kedokteran dan fisika, sastra, dan di Turki ada yang bertugas mempelajari ilmu-ilmu pedoman militer untuk perwira-perwira Turki. Di antara buku-buku yang diterjemahkan ialah buku-buku mengenai filsafat, biografi, logika, ilmu bumi, politik, antropologi, dan lain-lainnya.
Mesir berusaha keras memajukan pendidikan ini. Sebab, ketertinggalan umat Islam yang paing mencolok adalah dalam hal pendidikan. Usahausaha ke arah kemajuan dalam pengetahuan dan pendidikan ini, selain digali ilmu pengetahuan dari berbagai macam sumber, juga didirikan sekolahsekolah dan pusat-pusat penerjemahan di atas. Mesir juga berusaha keras untuk segera menguasai ilmu-ilmu Barat, maka mahasiswa-mahasiswa Mesir diberi gaji dan dikirim untuk belajar ke negeri Barat. Menurut statistik, antara tahun 1813 sampai tahun 1849, telah dikirim 311 pelajar dan mahasiswa Mesir ke Italia, Prancis, Inggris, dan Austria. Di Paris didirikan pula rumah Mesir untuk menampung para pelajar Mesir. Ide-ide pembaruan Islam bukan saja dalam bidang agama, pendidikan, dan pengetahuan, tetapi juga dalam bidang politik sehingga melahirkan kebangkitan Islam dalam bidang politik. Hal ini dimulai dengan kesadaran bahwa sistem politik Islam ketika itu sudah menyimpang dari sumber-sumber ajaran Islam. Seperti dalam masalah khalifah yang sebenarnya adalah milik seluruh umat Islam telah berubah menjadi milik

suatu golongan atau suku sehingga yang berkuasa bukan orang yang dikehendaki oleh umat, tetapi hanya orang-orang tertentu.
Terjadinya persaingan kekuasaan antara umat Islam di Mesir, Arab, dan Turki misalnya, menjadikan tidak adanya kesatuan dan ukhuwah umat Islam. Di samping itu, adanya penjajahan bangsa Barat, seperti Napoleon di Mesir dan bangsa Barat di negeri-negeri Islam lainnya, merupakan suatu ancaman baru bagi kekuasaan-kekuasaan Islam dari luar.
Untuk mengatasi keadaan ini, untuk pertama kalinya negeri Islam berusaha memperkuat angkatan perangnya, seperti Turki dan Mesir, di samping memajukan ide-ide pembaruannya. Adapun gerakan politik yang menonjol adalah yang dilakukan oleh Jamaluddin al-Afghani, yang menyebarkan ide-ide Pan-Islamisme di dunia Islam. Untuk mencapai ide-ide Pan-Islamisme ini, Al-Afghani membentuk al-Hizb al-Watani (Partai Nasional) di Mesir, memperjuangkan pendidikan universal, menyelenggarakan kemerdekaan pers, dan memasukkan bidang militer ke Mesir. Atas sokongan Partai Nasional itu, Al-Afghani dapat menguasai Mesir. Raja Mesir, Khedewi Ismail, berhasil digantikan oleh putra mahkota Taufiq, yang berjanji akan mengadakan pembaruan sesuai dengan ide Partai Nasional. Tetapi, pada tahun 1879 Al-Afghani diusir oleh Inggris dari Mesir.
Namun demikian, Al-Afghani terus berjuang dan mendirikan organisasi Al-Urwatul Wusqa di Paris, yang anggotanya terdiri dari orang-orang Islam India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memperkuat persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa Islam kepada kemajuan. Saat itu diterbitkan pula majalah AI-Ur-watul Wusqa, walaupun kemudian dilarang oleh negara Barat karena majalah ini tersebar di negara Islam yang sedang dijajah oleh negara-negara Eropa. Al-Afghani menuntut agar corak pemerintahan otokrasi diubah menjadi corak pemerintahan demokrasi. Kepala negara harus mengadakan syura (musyawarah) dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang banyak mempunyai pengalaman. Pengetahuan manusia secara individual (perorangan) terbatas sekali. Al-Afghani menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan penclapat dan kewajiban kepala negara untuk tunduk kepada undang-undang dasar.
Selain itu dalam masalah politik, Al-Tahtawi menghendaki ide trias politika dan
patriotisme. Ide ini sejalan dengan ide AI-Afghani. Pengaruh Al-Afghani besar dalam
gerakan politik ini sehingga pada tahun 1892 Sultan Abdul Hamid di Turki
memanggilnya dalam merencanakan politik Islam ke seluruh negara-negara Islam untuk
menentang Eropa yang sangat mendesak.
2.Tumbuhnya Gerakan Menentang Penjajahan Bangsa Barat
Tumbuhnya gerakan pembaruan Islam adalah suatu kesadaran umum para cendekiawan Islam akan tertinggalnya dunia Islam dari dunia Barat. Kelemahan dunia Islam secara intern amat dirasakan, sedangkan penindasan yang dilakukan oleh bangsa Barat merupakan kekuatan dari luar yang harus segera diatasi. Tetapi, umat Islam juga menyadari bahwa untuk mengatasi kekuatan luar itu tidaklah mudah tanpa memperkuat keyakinan dan semangat juang umat Islam.
Gerakan Pan-Islamisme oleh Jamaluddin al-Afghani, merupakan cikal bakal dari gerakan ke-satuan untuk menentang penjajah itu. Karena gerakan ini telah membangun semangat baru Islam dengan tujuan memajukan umat Islam, yaitu dengan jalan mempergunakan pikiran modern dengan bentuk persatuan seluruh umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam (seperti zaman khalifah).
Paham ini sangat revolusioner dan terang-terangan antiimperialis (anti penjajah). Paham ini berkeyakinan bahwa kemajuan Islam itu dapat tercapai bila Islam berhasil melenyapkan imperialisme Barat dari negara-negara Islam.
Untuk menghadapi Barat, gerakan persatuan umat Islam tersebar ke seluruh dunia Islam. Bahkan, ke penjuru dunia Islam yang dalam cengkeraman penjajah,.seperti Indonesia. Ibadah haji sangat efektif untuk mengambil informasi gerakan ini sehingga umat Islam dari seluruh dunia bangkit setelah mereka menyaksikan sendiri gerakan persatuan Islam di Mekah. para jamaah haji sepulang dari Mekah menyebarkan ide-idc ini untuk menentang penjajah, dan aktif membentuk gerakan-gerakan antikolonialisme.
Gerakan menentang penjajah ini juga dipengaruhi oleh ide-ide nasionalisme, yaitu suatu kesadaran akan haknya sebagai pemilik tanah air yang tidak boleh diganggu gugat oleh bangsa mana pun, apalagi menjajahnya. Di samping itu, berkembang pula ide patriotisme, yaitu rasa kepahlawanan untuk mempertahankan tanah air, yang oleh penjajah, ide-ide ini sengaja ditumpas dan dikatakan sebagai fanatisme.
Di antara tokoh-tokoh pembaharu yang pemikirannya sangat berpengaruh di dunia Islam adalah Muhammad bin Abdul Wahab, Syekh Waliyullah, rifa'aha Badawi Rafi al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Muhammad Rasyid Ridha, Jamaluddin al-Afgani, dan Sayyid Ahmad Khan.
Salah satu manfaat dari sejarah perkembangan pemikiran Islam di dunia adalah memurnikan ajaran agama Islam sesuai bentuk aslinya, yaitu sebagaimana yang diajarkan AlQur’an dan hadis.
Nilai-nilai yang terkandung dalam gerakan modernisasi pada agama Islam adalah
a. Nilai persatuan (ittihad)
b. Nilai solidaritas (ukhuwah islamiah)
c. Nilai pembaharuan (tajdid)
d. Nilai perjuangan (jihad fi sabilillah)
e. Nilai kemerdekaan (hurriyyah)

Komentar

Postingan Populer