Akhlak Terpuji
STANDAR KOMPETENSI
2.
Membiasakan perilaku terpuji
KOMPETENSI DASAR
2.1
Menyebutkan pengertian adil, ridha dan amal shaleh
2.2
Menyebutkan contoh-contoh perilaku adil, ridha dan amal shaleh
2.3
Membiasakan perilaku adil, ridha dan amal shaleh
INDIKATOR:
1.Menjelaskan pengertian
adil, ridha dan amal shaleh
2.Menyebutkan dalil
Naqli adil, ridha dan amal shaleh
3. Menyebutkan Contoh
adil, ridha dan amal shaleh
4. Menjelaskan keuntungan
adil, ridha dan amal shaleh
ADIL RIDHA DAN AMAL SHALEH
ADIL
Pengertian
Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya, tidak memihak antara yang
Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya, tidak memihak antara yang
satu
dengan yang lain. Menurut istilah, adil adalah menegaskan sesuatu kebenaran
terhadap
dua
masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang
telah
ditetapkan oleh agama.
Jadi,
keadilan ialah suatu perbuatan yang berusaha meletakkan sesuatu pada tempatnya
atau lawan dari zalim. Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan
mengikuti kehendak hawa nafsu. Firman Allah :
"Wahai orang-rang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka, janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."
(QS.
An-Nisaa': 135)
Maksud dari berlaku Adil ialah dalam memutuskan perkara disesuaikan dengan amal perbuatan seseorang tanpa memandang rakyat atau pejabat, miskin atau kaya, siapa yang bersalah harus dihukum. Karena Allah Yang Maha Adil membebani hukum kepada hamba-Nya
"Dan bahwasanya seorang tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya. Dan bahwasanya
usahanya itu kelah akan diperlihatkan (kepadannya). Kemudian
akan diberikan balasannya dengan
balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah
kesudahan (segala sesuatu)."
(QS.
An-Najm: 39-42)
Berdasarkan
ayat di atas, dapat diambil pelajaran bahwa Allah memerintahkan
kepada manusia untuk menegakkan keadilan, walaupun terhadap ibu, bapak, kaum
kerabat, bahkan terhadap dirinya sendiri. Dalam ayat lain Allah berfirman yang berbunyi:
"Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (QS. An-Nisaa': 58)
Sebagai pemimpin dan hakim, Rasulullah menegakkan keadilan dengan sebaik-baiknya. Hal ini beliau contohkan dalam hadisnva yang artinya "Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya." (HR. Bukhari)
Di dalam hadis yang lain beliau bersabda yang artinya "Sesungguhnya Allah beserta para hakim selama hakim itu tidak curang. Apabila ia telah curang Allah pun menjauh dari hakim itu mulailah setan menjadi teman yang erat bagi hakim itu." (HR. At-Turmudzi)
Dari
keterangan ayat-ayat dan hadis di atas jelaslah bahwa keadilan merupakan sendi
pokok ajaran Islam yang harus ditegakkan. Dengan ditegakkan keadilan dalam
segala hal, akan menjamin segala urusan menjadi lancar. Sebaliknya, apabila
keadilan dikesampingkan dan diabaikan akan berakibat perpecahan dan kehancuran
di kalangan umat.
Apakah manfaat dan keutamaan dari orang yang berlaku adil,jawabannya yaitu :
a. membuat orang disenangi sesamanya,
b.memberi
ketenangan dan ketenteraman hidup,
c.mendatangkan
Ridha dari Allah
karena telah mengerjakan perintah-Nya,
d.mendapatkan
pahala di akhirat kelak, dan
e.meningkatkan
semangat kerja.
Macam-macam perilaku Adil :
Berlaku adil dapat diklasifikasikan kepada 4 bagian, yaitu :
1.Berlaku
adil kepada Allah, yakni menjadikan Allah satu-satunya Tuhan yang
memiliki kesempurnaan. Kita sebagai makhluknya harus senantiasa tunduk dan
patuh pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2.Berlaku
adil terhadap diri sendiri, yakni menempatkan diri pribadi pada tempat yang
baik dan benar. Diri kita harus terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan
keselamatan, tidak menganiaya diri sendiri dengan menuruti hawa nafsu yang
akibatnya dapat mencelakakan diri sendiri.
3.Berlaku
adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada tempat dan perilaku
yang sesuai, layak, benar memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar
serta tidak menyakiti dan dan merugikan orang lain.
4.Berlaku
adil terhadap makhluq lain, yakni memperlakukan makhluk Allah yang alin dengan layak dan sesuai dengan syari’at Islam dan menjaga
kelestarian dengan merawat dan menjaga kelangsungan dengan tidak merusaknya.
Menunjukkan sikap adil kepada orang lain dapat dilakukan dengan
beberapa hal :
1.Patuh
kepada perintah Allah
dan Rasulnya
2.Memberikan
rasa aman kepada orang lain dengan sikap ramah dan santun
3.Menciptakan
suasana aman, edukatif dan rukun
4.Bila
bermitra harus saling menguntungkan dan bermanfaat bagi seluruh manusia dan
makhluq serta dapat dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat
5.Tidak
angkuh, sombong, kikir, boros, iri dan dengki dalam bergaul sesama manusia
6.Selalu
berprasangka baik terhadap orang disekitarnya
7.Selalu
berbuat kebajikan dan tolong menolong terhadap sesama khususnya kepada fakir
miskin dan anak yatim piatu
8.Selalu
berfikir dengan benar sebelum bertindak dan berbuat
9.Tidak
pilih kasih dalam bergaul
Selain itu, doa orang yang berlaku adil tidak akan ditolak oleh Allah . Nabi v . Bersabda yang artinya
"Tiga orang yang tidak ditolak do'a nya : Orang yang sedang puasa sehingga ia berbuka, pemimpin yang yang adil, dan orang yang teraniaya. Allah mengangkat do'a mereka ke atas awan, dan dibuka untuk do'a itu segala pintu langit, seraya Allah berfirman : "Demi kebesaran-Ku, sesungguhnya Aku akan menolong engakau, walau pertolongan-Ku Aku berikan pada masa kelak." (HR. Ahmad)
Orang yang melakukan keadilan mempunyai keutamaan sebagai berikut :
1.Terhadap
diri sendiri, dapat seimbang antara:
a.doa
dengan usahanya;
b.karunia
dengan ibadahnya;
c.dunia
dengan akhiratnya.
2.Terhadap
orang lain, memperlakukan manusia sebagaimana mestinya dan memandang sama serta
memperhatikan kewajiban dan haknya.
3.Menciptakan
ketenteraman dalam kehidupan masyarakat. Sebab, menegakkan keadilan berarti
menegakkan hukum perundang- undangan, peraturan, dan tata tertib.
Bersikap
adil hendaknya meliputi segala aspek kehidupan, baik hukum, hak dan kewajiban,
maupun dalam hal bergaul. Bahkan, dalam berbicara pun hendaknya bersikap adil. Allah berfirman:
” Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
Apabila keadilan telah tertanam dan dijalankan oleh setiap manusia
dalam segala aspek kehidupan, ketenangan dan kebahagiaan akan dapat dirasakan
oleh semua lapisan masyarakat. Karena pentingnya arti keadilan, Allah memerintahkan agar setiap manusia berbuat adil. Allah berfirman:
" Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan."
(QS.
An-Nisaa': 135)
Berbuat sesuatu yang menyimpang dari keadilan berarti berbuat zalim (aniaya). Sedangkan penganiayaan dapal merugikan diri sendiri maupun orang lain. Karena itu, penganiayaan termasuk perbuatan yang dilarang agama dan tidak disukai Allah . Kita dilarang berbuat zalim dan diperintahkan berbuat adil. Berbuat adil itu harus meliputi segala hal, baik dalam perkataan maupun perbuatan, baik tcrhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun lingkungan.
RIDHA
Pengertian
Ridha
termasuk salah satu akhlak terpuji. Ridha artinya sudah merasa cukup dengan apa
yang la miliki, baik harta maupun pekerjaan. Sebagian orang mungkin menganggap,
sikap yang demikian termasuk akhlak yang buruk. Karena dengan merasa cukup
terhadap apa yang dimilikinya itu maka akan menimbulkan kemalasan pada dirinya
dan tidak man bekerja. Pandangan yang seperti itu adalah pandangan yang sesat
dan keliru. Islam tidak mengajarkan kepada umatnya supaya hidup malas. Ridha
dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan
dunia, yang membuat seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan
diri menuju kehidupan akhirat kelak. Akibat godaan nafsu, seseorang tidak takut
atas ancaman yang akan diterimanya sehingga sikap dan perilakunya melampaui
batas-batas norma agama. Maka, untuk menghindari hal itu, seorang muslim
dituntut untuk bersikap Qanaah di dalam hidupnya.
Qanaah dalam pengertian yang luas mengandung arti:
a.
menerima dengan rela apa yang ada,
b:
menerima dengan sabar semua ketentuan Allah ,
c.
bertawakal kepada Allah
,
d. memohon
kepada Allah
tambahan yang pantas yang disertai dengan usaha atau ikhtiar, serta
e. tidak
tertarik oleh tipu daya dunia.
Maka
jelaslah, Ridha itu berkaitan dengan sikap hati atau sikap mental dalam
menghadapi apa yang kita miliki atau dalam menghadapi apa yang menimpa diri
kita. Kita terima dengan rela apa yang ada, dan kita tcrima pula dengan tabah
apa yang menimpa kita.
Tetapi,
kita tetap bekerja sebagaimana mestinya dan tawakal kepada Allah. Apabila pekerjaan kita itu berhasil maka kita bersyukur kepada Allah, artinya kita diberi karunia nikmat dari-Nya. Adapun nikmat itu
sedikit atau banyak, semuanya kita terima dengan senang hati. Sebaliknya, jika
apa yang kita usahakan itu belum membawa keberhasilan maka kita terima juga
ketentuan yang demikian itu dengan tabah dan sabar. Sebab, Tuhan kuasa untuk
berbuat atas segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Kita tidak boleh sombong
kalau sedang beruntung. Sebaliknya, kita juga tidak gelisah jika sedang merugi.
Karena itu, sungguh beruntung bagi orang yang hatinya telah mencapai Qanaah.
Seperti
sabda Rasulullah J yang artinya "Berbahagialah bagi orang yang mendapat petunjuk untuk
masuk Islam,sedang keadaan hisupnya sederhana, tetapi Qana’ah." (HR. Tarmudzi)
Selain itu
dalam hadis lain beliau juga bersabda yang artinya "Qanaah itu adalah harta yang tidak hilang dan simpanan yang tak akan lenyap." (HR. Thabrani dari Jabir)
Orang yang
berjiwa Qanaah adalah orang yang merasa cukup dengan apa yang ia miliki. Orang
yang memiliki jiwa Qana’ah itu ia akan bebas dan tidak terikat dengan segala
sesuatu, sebab ia tidak mempunyai ambisi apa pun. Ia rela (Ridha) dengan
kedudukan, harta, dan ilmu yang la miliki, sebab ia mempunyai keyakinan bahwa
ini semua sudah menjadi kepastian Allah . Karena itu,
orang yang berjiwa Qanaah hidupnya akan tenteram, tidak tamak dan rakus. Semua
pemberian Allah
yang berupa apapun ia terima dengan Ridha dan rasa syukur. Allah berfirman:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)
Jadi,
orang yang mensyukuri nikmat Allah , niscaya Allah akan menambahkan nikmat kepadanya. Tetapi, ada pula orang yang
hidupnya selalu merasa kurang sehingga hidupnya gelisah dan tidak tenang. Maka,
orang itu tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, karena itu la
disebut kufur. Memang sebagian manusia ada yang hidupnya selalu merasa kurang,
loba, tamak, dan tidak Qanaah. Sebagaimana Rasulullah
bersabda:
"Andaikata sesorang itu sudah memiliki dua lembah dari
emas, pastilah ia akan mencari yang ketiga (sebagai tambahan dari dua lembah
yang sudah ada itu." (HR. Bukhari Muslim)
Berbeda dengan orang yang berjiwa Qanaah ia selalu mensyukuri nikmat Allah dan merasa cukup terhadap apa yang ada yang telah dimilikinya. Orang itu hidupnya tenang dan berserah diri kepada Allah. Rasulullah. Bersabda yang artinya
Dari Abdullah bin Umar ra. Raul bersabda: "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup serta merasa cukup dengan pemberian Allah kepadanya." (HR. Muslim)
Islam
telah memberikan tuntunan kepada umatnya, sebenarnya kekayaan di dunia itu termasuk
sedikit jika dibandingkan dengan pahala di akhirat.
Seperti sabda Rasul yang artinya
Seperti sabda Rasul yang artinya
"Demi Allah ,
tiada berarti dunia ini apabila dibandingkan dengan akhirat melainkan seperti
seseorang Yang memasukkan jari telunjuknya ke dalam laut lihatlah apa
yang ia dapatkan." (HR. Ahmad)
Hadis di atas memberikan pengertian, dunia ini dengan segala isinya yang serba gemerlap tidak ada artinya jika dibandingkan dengan pahala di akhirat. Sama halnya dengan seseorang yang mencelupkan jari telunjuknya, apa yang ia dapatkan itu merupakan perumpamaan bagi dunia, sedangkan laut adalah akhiratnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
" Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila
dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah " kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal
keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit." (QS. At-Taubah: 38)
Pengertian
dunia itu sedikit jika dibandingkan dengan pahala di akhirat, yaitu pahala di
akhirat sungguh lebih besar. Namun demikian, umat Islam tidak boleh
meninggalkan hidup di dunia. Dunia adalah sebagai jalan dan alat untuk menuju
akhirat. Ridha dapat berfungsi dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.
1. Fungsi Ridha dalam kehidupan pribadi ialah :
a.menjadikan
seseorang hidupnya tidak tamak;
b.menjadikan
seseorang hidupnya berjiwa tenang, rela terhadap semua pemberian Allah , dan selalu mensyukuri semua nikmat Allah yang
dilimpahkan kepadanya;
c.menjadikan
seseorang dalam hidup di dunia ini untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat,
dengan tetap berikhtiar.
2. Fungsi Ridha dalam kehidupan bermasyarakat ialah :
a.seseorang
tidak tamak dan ambisi terhadap kekayaan & kedudukan yang dimiliki orang
lain;
b.seseorang
tidak akan terperdaya oleh kemewahan hidup di dunia;
c.seseorang
akan suka menegakkan kalimat Allah .
AMAL SHALEH
Pengertian
Amal
shaleh maksudnya adalah berusaha melakukan perbuatan baik, berupaya membantu
saudara yang ditimpa musibah dan meringankan persoalan yang terjadi.
Amal
shaleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain
berlandaskan ikhlas karena Allah semata. Sebagaimana
firman Allah
:
” Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu
penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah : 82)
Yang termasuk perbuatan amal shaleh di antaranya :
1.Amal
Jariyah : pekerjaan yang mendatangkan pahala karena memberikan manfaat kepada
orang lain, seperti membangun tempat ibadah.
2.Amal
Ma’ruf : menyeru atau mengajak orang untuk berbuat kebaikan, baik secara lisan
maupun dengan memberikan contoh tauladan dalam bentuk perbuatan langsung.
Firman Allah dalam QS Ali Imran : 104
” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
3.Berbakti
kepada orang tua
Keharusan
berbakti kepada orang tua yang diajarkan dalam Islam sangatlah rasional,
mengingat sedemikian besar jasa Ibu dan bapak dalam merawat dan menjaga
anak-anak sejak dari kandungan hingga dewasa, sesuai dengan firman Allah QS. Isra : 23
” Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS. Isra : 23)
Amal shaleh kepada Allah seperti
:
a.Memulai
suautu perbuatan baik dengan Basmalah dan mengakhirinya dengan Hamdalah
b.Berniatlah
dengan ikhlas karena Allah
setiap perbuatan baik yang hendak kita lakukan dan jangan lupa
berfikir dengan matang dan benar.
c.Disiplin
dalam beribadah dan beramal shaleh serta berdasarkan ilmu
d.Selalu
berzikir dan berdo’a kepada Allah setelah berusaha dan
berikhtiar
e.Bertawakkal
dan bersabar serta bersyukur kepada Allah
Amal shaleh terhadap diri sendiri misalnya :
a.Beribadah
dan beramal shaleh kepada Allah
b.Tidak
membiarkan diri jatuh kepada dosa, kebinasaan dan kehancuran seperti judi,
zina, mencuri, Narkoba, merokok, merampok dan pembunuhan dan lain-lain.
c.Saling
membantu dan mengurangi penderitaan orang lain karena Allah
d.Menjauhkan
sikap tercela seperti buruk sangka, iri, dengki, kikir, boros, adu domba dalam
bergaul sesama manusia
e.Menjauhkan
sikap malas belajar, malas bekerja, pesimis, penakut, tergesa-gesa dan sikap
atau sifat yang jelek lainnya di buang dalam diri\
Berikut Perbuatan Amal Shaleh Yang Perlu Kita Tingkatkan
Untuk Memajukan Umat Islam Saat Ini :
a.Disiplin dalam Belajar
Tugas
seorang pelajar adalah belajar dengan tekun. Dalam hal ini para pelajar
dituntut untuk bekerja keras dalam membaca dan menelaah pelajaran. Orang yang
senang membaca akan memperoleh ilmu yang banyak. Belajar hendaknya dijauhkan
dari hal-hal yang kurang baik (negatif), seperti keramaian, video game,
kenakalan remaja atau hal-hal yang kurang baik bagi seorang pelajar.
Sebab,
pelajar yang sudah mengenal pergaulan di luar rumah akan berakibat fatal.
Mereka akan mengabaikan pelajaran di sekolah.
Dalam hal
ini orang tua mempunyai peranan sangat penting. Mereka harus dapat mengarahkan
anak-anaknya agar gemar membaca hal-hal yang positif dan melarang membaca
bacaan yang dilarang, seperti bacaan pornografi dan lainnya. Orang tua harus
mcmpunyai sikap waspada dalam mengawasi putra-putrinya yang masih duduk di
bangku sekolah. Karena pada zaman sekarang banyak pelajar yang tidak
menghiraukan dirinya sebagai pelajar, sebab mereka sudah mengenal dunia di luar
lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, pemerintah mengimbau agar para pelajar
jangan mudah terkena arus di luar sekolah, seperti minum minuman keras,
kebutkebutan dalam mengendarai sepeda motor, dan kenakalan remaja lainnya.
Seorang pelajar harus belajar dan menuntut ilmu dengan baik. Sebab, di
tangannyalah negara akan maju dan berkembang.
b.Disiplin dalam Bekerja
Disiplin
dalam bekerja adalah modal dasar untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Seorang
muslim harus disiplin dalam bekerja, giat berusaha, tidak mengandalkan orang
lain, atau bermalas-malasan sambil menantikan uluran tangan orang lain.
Rasulullah J . memberikan
contoh, sebaik-baik penghasilan adalah usaha sendiri dan penghidupan yang
bersumber dari penghasilan usahanya itu. Oleh karena itu, hendaklah rajin dan
disiplin dalam bekerja, agar mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup
dengan tidak lupa mengingat Allah .
Maksud
disiplin dalam bekerja adalah menggunakan waktu sebaik-baiknya. Misalnya,
seseorang bekerja di perusahaan maka ia harus menaati semua peraturan sehingga
menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Atau, kita berusaha sendiri dengan
kerja keras dan penggunaan waktunya diatur. Dengan demikian akan menghasilkan
sesuatu yang lebih banyak. Sehaliknva, orang yang kurang
disiplin
dalam bekerja maka akan ketinggalan oleh teman-temannya dalam mencapai
penghidupan.
Seseorang
yang giat bekerja mempunyai tujuan atau angan-angan seakan-akan hidup
selama-lamanya. Jadi, setiap hari ia mendapatkan kepuasan dengan keberhasilan
usaha atau kerjanya. Tetapi sehaliknva. bagi yang susah untuk memperoleh
penghasilan, seakan-akan hidupnya suram, tidak ada gairah dalam menjalani
kehidupannya.
Untuk
memperoleh keberhasilan yang memuaskan, Islam menggariskan melalui sebuah
hadis:
"Bekerjalah kamu untuk urusan duniamu seakan-akan kamu
akan hisup selamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu
akan mati esok hari." (HR. Al-Baihaqi)
c.Disiplin dalam Berlalu Lintas
Untuk
mencapai ketertiban di jalan raya, setiap pemakai jalan hendaknya mempunyai
kesadaran untuk menaati peraturan lalu lintas dalam bentuk rambu-rambu lalu
lintas. Untuk menghindari kecelakaan, hindarkanlah gaya kebut-kebutan, sok
gengsi kalau diddahului oleh pengendara lain. Apabila masing-masing individu
sudah mempunyai kesadaran dalam berlalu lintas maka terciptalah kedisiplinan di
jalan raya.
Begitu
juga dalam melengkapi surat-surat, pengendara harus memiliki STNK dan SIM.
Sebab, seseorang baru diperbolehkan mengendarai sepeda motor atau mobil apabila
memiliki SIM (Surat lzin Mengemudi), dan semuanya ini diatur dalam
undang-undang lalu lintas.
Adapun
tujuan pemerintah memberlakukan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Nomor 14 Tahun 1992, adalah untuk menertibkan para pemakai jalan di Indonesia
yang makin hari makin bertambah, baik jumlah kendaraan, angka pelanggaran lain
lintas, maupun angka kecelakaan.
d.Disiplin dalam Beribadah
Manusia
sebagai makhluk Allah
yang paling tinggi derajatnya dengan diberi akal untuk berpikir
hingga dapat membedakan antara yang benar dan yang batil bahkan untuk mengolah
alam semesta. Maka, sudah sepantasnyalah manusia mendekatkan dirinya kepada Allah atau bersyukur dengan meningkatkan ibadahnya kepada Allah.
Manusia
mengemban amanat yang paling besar, yaitu amanat
ibadah dan
amanat khalifah. Amanah ibadah artinya manusia wajib
menyembah
serta tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Firman Allah
dalam
Al-Qur’an:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan (menjalankan) agama
dengan lurus, supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah:
5)
Dengan
demikian, secara akal maupun wahyu, manusia wajib berhubungan kepada Allah untuk mengabdikan dirinya dengan mendisiplinkan ibadah, seperti
mengerjakan shalat, menunaikan zakat, dan amalan lainnya.
e. Disiplin dalam Masyarakat
Hidup
bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya, setiap
manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya, setiap manusia
memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, namun dengan bermasyarakat,
mereka tentu memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta
peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai. Sebagai
bangsa Indonesia yang religius dan berfalsafah Pancasila, tentunya kita harus
menaati dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada
masyarakat kita.
Sesuai
dengan naluri kemanusiaan, tiap anggota masyarakat ingin lebih mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sekiranya tidak ada aturan yang mengikat
dalam bemasyarakat sesuai ketentuan yang telah digariskan oleh agama, niscaya
kehidupan masyarakat akan kacau balau, karena setiap pribadi dan kelompok akan
membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan
kenyataan ini, agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling berkualitas di
sisi Allah
bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi berdasarkan
ketakwaannya. Ketakwaan merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang tinggi
dalam mematuhi perintah Allah. Ketakwaan adalah harta pusaka yang tidak dapat diwariskan melalui
garis keturunan.
Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan, di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi berbeda-beda. Manakala salah satu komponen itu rusak maka seluruh bangunan itu akan rusak atau binasa. Hadis Nabi. Menegaskan yang artinya "Seorang mukmin dengan mukmin lainnnya bagaikan bangunan yang sebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau meneluspkan jari-jari yang sebelah ke jari-jari tangan sebelah lainnya." (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)
f. Disiplin dalam Penggunaan Waktu
Dalam
menggunakan waktu perlu diperhatikan dengan saksama. Waktu yang sudah berlalu
tak mungkin akan kembali lagi. Demikian pentingnya arti waktu sehingga berbagai
bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan, "waktu adalah
uang",peribahasa Arab menyatakan, "waktu adalah seperti pedang",
dan "waktu adalah seperti emas". Kita orang Indonesia menyatakan,
"sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna".
Seandainya
seorang siswa yang pada waktu belajar di rumah masih terus bermain-main dan
pada waktu tidur ia gunakan untuk begadang semalam suntuk, tentu hidupnya
menjadi tidak teratur, karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat.
Oleh karena itu, hargailah waktu dengan cara berdisiplin dalam merencanakan,
mengatur, dan menggunakan waktu yang Allah karuniakan kepada
kita tanpa dipungut biaya.
1.Qanaah
secara bahasa artinya merasa cukup.
Qanaah
secara istilah, yaitu perasaan seseorang yang merasa cukup dengan apa yang ia
miliki. Qanaah dalam pengertian luas mengandung lima perkara, yaitu menerima
dengan rela apa yang ada, mcmohon kepada Allah tambahan yang
pantas dengan usaha atau ikhtiar, menerima dengan sabar semua ketentuan Allah, bcrtawakal kepada Allah, dan tidak tertarik oleh
tipu daya dunia.
2.Fungsi Qanaah dalam kehidupan pribadi di antaranya, yaitu
a.menjadikan
seseorang berjiwa tenang, rela terhadap semua pemberian Allah, dan selalu mensyukuri semua nikmat yang dilimpahkan
kepadanya;
b.menjadikan
seseorang dalam hidup di dunia ini untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat,
dengan tetap berikhtiar.
3.Fungsi
Qanaah ini dalam kehidupan bcrmasyarakat, yaitu
a.seseorang
tidak tamak dan ambisi terhadap kekayaan dan kedudukan yang dimiliki orang
lain;
b.seseorang
tidak akan terperdaya oleh kemewahan hidup di dunia;
c.seseorang
akan suka menegakkan kalimat Allah .
4.Sebagai
anggota masyarakat, harus dapat meningkatkan disiplin dalam kehidupan
sehari-hari dengan menaati semua peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
5.Keadilan
berarti suatu perbuatan yang berusaha melctakkan scsuatu pada tempatnya atas
dasar kebenaran, bukan mengikuti kehendak nafsunya.
6.Keutamaan
keadilan adalah dapat mendekatkan manusia kepada takwa dan menghindarkan
manusia dari pertikaian dan perpecahan serta doanya dapat ditcrima oleh Allah .
7.Sabar
(tabah) adalah tahan menderita menghadapi yang tidak disenangi dengan Ridha dan
menyerahkan diri kepada Allah
.
trimakasih...
BalasHapus:")
Hapus